Subscribe:

Ads 468x60px

"Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah."

Sabtu, 06 Februari 2010

Anak dan Budaya Doa

Mendampingi dan membina anak dalam iman, bukanlah sebuah hobby belaka,
bukanlah sebuah insting belaka, tetapi merupakan sebuah 'seni'.
Makanya perlu dipelajari, makanya membutuhkan ketajaman dan
kemendalaman hati serta pemahaman akan nilai, potensi dan kebutuhan
anak itu sendiri.
Menjadi orang tua, menjadi relawan untuk bina iman
anak tidaklah serta merta menjadikan kita seorang yang mampu menjadi
pembina yang tepat. Kerap kita bertindak sebagai 'pusat' dalam arti,
yang membina, yang mengajar, yang mendidik, sambil lupa bahwa anak
adalah 'subyek bina', anak adalah 'center' dari semua pendampingan dan
pelayanan. Beberapa praktek yang baik untuk menunjang tumbuh
kembangnya iman dan budaya doa/sacramental/religius anak-anak.

1. Misa anak : sebagaimana adanya begitu banyak misa untuk orang
dewasa, dengan bahasa, gaya, pengajaran dllnya, maka perlu juga misa
untuk anak, sesuai dengan kemampuan, dunia, jira dan kebutuhan mereka.
Sebulan sekali adalah kurang. Idealnya sebulan 3 kali misa anak dan
sekali mereka bergabung bersama misa umat. Keuntungan misa anak ialah
: anak-anak dapat mengekspresikan dan menangkap serta memperbesar iman
mereka sesuai daya tangkap dan ekspresinya. Misalnya untuk bacaan
Injil : anak-anak penuh kekaguman tetapi juga pertanyaan pada dan
tentang Yesus. Ini kesempatan baik mereka bertanya jawab tentang
Injil, tentang Yesus, dan imam dapat menerangkan, mewartakan dengan
tepat.
 Misa anak disertai juga dengan doa-doa/Ibadat khusus anak seperti :
rosario anak, adorasi anak, jalan salib anak, doa malam anak, perayaan
ulang tahun anak, jiarah  anak, dll.

2. Para kudus/saksi iman : anak-anak membutuhkan contoh bukan segudang
ajaran/doktrin untuk dihafal. Perkayalah iman dan hati serta budi
mereka dengan sekian banyak contoh kongkrit dari para kudus, baik
dewasa maupun anak, yang hidup sepanjang jaman. Berani juga menemukan
contoh keutamaan kristiani pada anak-anak masa kini, keluarga-keluarga
masa kini yang penuh keutamaan kristiani. Dan, tentu saja, pembina
sendiri adalah gambaran yang hidup dari apa yang diajarkan.
Contoh-contoh ini berfungsi juga sebagai 'impian' dan 'image' yang
akan mendorong mereka kepada kesucian, kesaksian, panggilan,
penyerahan diri, pengurbanan dan kasih tanpa batas.

3. Libatkan orang lain : kerja tim: benar dan baik bila katekis dan
pembina yang menjadi sponsor utama bina iman anak. Namun, sebuah
pendampingan yang diberikan dalam sebuah kerjasama akan sangat kuat
dan besar pengaruhnya. Usahakan bekerja dalam tim, jangan sendirian.
Dan dalam tim yang ideal terdapat sekaligus : imam,
biarawan-biarawati, guru/katekis dan pasutri sert a wakil kaum muda.Betapa indahnya mengakhiri setiap pelajaran dengan berkat dari imam,
dengan tanda salib yang diberikan oleh seorang biarawati sebelum
mereka berlari pulang dengan gembira ke rumahnya membawa kenangan
manis dan indah dari pelajaran bina iman mereka. Manfaat lain ialah :
betapa tim pengajar ini dapat selalu belajar banyak dari cara anak
berdoa, cara anak menghayati imannya. Imam hendaknya terus menerus
menggugah orang tua/keluarga untuk perhatikan hidup doa/iman mereka
sebab percuma, jika di gereja dan bina iman anak mengalami hidup doa
yang kusyuk dan indah sedangkan di rumah tidak menemukan budaya yang
sama tsb. Orang tua perlu sekali-sekali 'bina iman anak'. Carilah
alasan untuk menciptakan kemungkinan ini : misalnya : 'hari orang tua'
: carilah sebuah hari di mana orang tua hadir dan ikut dalam salah
satu pengajaran dan terlibat dalam doa, lagu perayaan bersama,
disertai minuman ringan dan kue kecil. Atau, pada akhir pengajaran, k
etika orang tua menjemput anak-anak, undanglah orang tua ikut serta
dalam doa, lagu dan berkat penutup; biarkan anak-anak pada kesempatan
itu berdoa sambil bersandar pada ibunya, sambil berpegangan tangan
dengan bapanya. Betapa indahnya….

4. Aksi dan kreasi : bantulah anak-anak untuk senantiasa dapat
mengekspresikan iman atau pengajaran yang didapat melalui pelbagai
kegiatan: entah dramatisasi singkat, pantomim, tarian, lagu,
permainan. Hal ini membuat apa yang mereka mengerti dengan otak
meresap dalam hati dan tertinggal lebih dalam karena mereka sendiri
melakukannya. Kemudian, janganlah tema bina iman berakhir di dalam
ruang pengajaran, bantulah mereka pulang dengan sebuah misi : saya
bisa buat ini, saya bisa memaafkan seperti Stefanus, saya bisa menjadi
Tarsisius kecil setiap kali saya menghadirkan senyum Yesus di rumah,
saya bisa menjadi Maria Goretti setiap menghindari kata-kata/mulut
kotor, dll. Mampukan mereka menjadi saksi, rasul, m isionaris kecil
dengan sebuah tugas dari Yesus-nya dan bersama Yesus-nya.

5. Buat mereka bertemu pribadi dengan Yesus dan buat mereka mengalami
Yesus dalam kebersamaan selama pengajaran.
Ini sangat fundamental.
Setiap desempatan bina iman anak adalah kesempatan bertemu sebuah
pribadi, seorang Yesus, bukan sebuah cerita, bukan sebuah dongeng. Ini
ditemui dalam doa; harus ada kesempatan doa, dialog, menyapa Yesus
lewat lagu dan doa. Suasana pengajaran hendaknya memungkinkan mereka
merasa dalam 'hadirat Yesus'; maka pribadi dan pembawaan
katekis/pembina harus sedemikian rupa sehingga menjadi wajah Kristus
yang hidup; biarkan mereka mengalami sebuah persaudaraan dalam Yesus
setiap kali bertemu. Ajak dan ajarkan mereka saling mendoakan,
mendengarkan, mendukung dan menghibur.

6. Pengajaran dialogis : Hindari sebuah temu bina iman yang monolog,
yang satu arah, atas-bawah : guru/katekis yang berbicara terus menerus
, yang mengajar terus menerus, yang mengkhotbai anak-anak. Perlu ada
interaksi, perlu ada dialog. Beri kesempatan anak bertanya; beri
kesempatan anak mengungkapkan perasaan, impian, pandangannya tentang
Yesus. Beri kesempatan mereka bersaksi sesuai tema yang ada sesuai
pengalaman mereka yang masih terbatas. Jadikan mereka sadar bahwa
mereka mampu menjadi orang beriman, pencinta dan sahabat Yesus.

7. Alat peraga : apa yang mereka dengar akan mudah mereka lupa; apa
yang mereka lihat akan lebih mendalam tersimpan di mata, hati dan
budi; apa yang mereka lakukan akan lebih lama tertinggal dalam hati
dan budi bahkan mulai menjadi 'aksi', menjadi bagian dari pola laku
mereka. Sangat penting peranan alat-alat peraga, permainan edukatif,
dll. Peranan alat musik untuk lagu-lagu gembira sangat cocok,
demikian pula untuk menciptakan keteduhan dalam hening doa yang
mendalam.

8. Kekecilan, serah diri, kepercayaan. St. Teresia dari kanak-kanak
Yesus membangun hidup doanya bagai seorang anak kecil di hadapan
bapanya yang agung. Ia tampil apa adanya, ia hadir dengan segala
kekecilannya : rumusan doanya, sikap doanya, matanya, isi doanya semua
tetap 'kecil' sebagai seorang anak, polos, tulus, apa adanya. Bantu
anak-anak bisa berdoa dalam 'kekecilan' ini. Justru kekecilan ini
membuatnya dapat berserah diri tanpa batas, tanpa takut, tanpa ragu:
ia dapat masuk sungguh-sungguh dalam relasi dengan bapa agung di surga
dan di sanalah kepercayaan tumbuh dengan mudah. Katekis/guru :
tampillah bagaikan bapaknya anak-anak, ibunya anak-anak; biarkan
anak-anak damai dan tenang mendengarmu dan mempercayai ajaranmu. Oh
jangan sampai ada anak yang tak menyukai katekis/gurunya dan membenci
pengajarannya! Jangan putus asa dengan kekurangan/kenakalan anak
tertentu: mereka memang masih anak, keliru dan salah adalah masanya.
Bantu terus mereka untuk percaya bahwa Tuhan baik pada mereka dan
bahwa mereka pun mampu menjadi baik, mampu berbuat baik, berharga dan
bernilai. Bangun kepercayaan diri mereka, bantu mereka mengenal dan
menemukan 'harga diri' mereka.

9. Belajar berdoa adalah dengan mulai berdoa. Selain mengupayakan
setiap pertemuan menjadi kesempatan berdoa, ajaklah mereka menyukai
doa pribadi dan bersama khususnya di rumah. Bantu mereka mencari dan
menemukan tema atau intensi untuk doa. Dari berita-berita ngeri di
dunia, dari kejadian-kejadian/rencana dalam keluarga mereka, dari
hari-hari penting kelahiran/baptisan/perkawinan anggota keluarga, dari
rencana-rencana paroki, paus, uskup dll; dari hal-hal baik dan positif
di sekitarnya untuk menjadi doa syukur dan pujian. Dari keberadaan
teman-teman mereka yang sakit, yang mendapat adik baru, yang
kecelakaan, yang mendapat juara, yang gagal dan sedih. Tanyailah di
setiap pertemuan jika ada yang mempunyai intensi khusus untuk didoakan
dan doakanlah bersama-sama.

1 0. Sikap-sikap doa dan simbol-simbol iman : Hal ini sangat membantu
mereka. Berdoa dengan hati tetapi juga dengan tubuh mereka.
Perkenalkan pelbagai sikap doa : berlutut, duduk, menyembah, berdiri,
tepuk tangan, tangan terangkat, tangan terkatup, tangan berserah, mata
terpejam. Terangkan pada mereka segala makna dan simbol-simbol
liturgis dan iman : salib, lampu kudus, air kudus, bunga, lilin,
warna-warni gambar kudus, ikon, piala, patena, mimbar, monstrans dll.


+ Kesimpulan penting +

 Bina iman anak adalah mutlak; adalah tugas orang dewasa, tugas gereja
agar mereka 'datang pada Yesus' sesuai pintaNya : biarkanlah anak-anak
datang padaKu. Pertemuan pribadi dengan Yesus ini merupakan bagi
mereka :

 - Kesempatan pewahyuan Tuhan bagi mereka dan penemuan mereka akan
Tuhan : Tuhan mengunjungi mereka dan mereka mendatangi Tuhan pada
waktu nya

 - Kesempatan baik dan tepat untuk pemeliharaan jiwa dan raga mereka
dalam Tuhan : bandingkan nasehat Yesus : jangan sampai mereka
disesatkan oleh jaman, oleh tokoh-tokoh lain, oleh kesesatan budaya,
kebiasaan, kecenderungan yang berlawanan dengan Tuhan

 - Secara teologis ini adalah kesempatan 'inkarnasi' iman dalam diri
mereka : agar iman, agar pribadi Yesus tidak diterima saja sebagai
ajaran/doktrin tetapi sebagai pertemuan, perjumpaan pribadi mereka
dengan Yesus yang hidup, yang ada, yang baik, yang adalah sahabat
mereka; ya, Yesus menjadi manusia dan tinggal di antara mereka,
kongkrit dan riil; jangan biarkan iman dan pribadi Yesus hanya menjadi
kumpulan ide bagi anak-anak.


( sumber : dikutip dari mirifica.net )

0 komentar:

Posting Komentar

Biasakan budaya memberikan komentar, saran, atau kritik demi kemajuan bersama.

Kontak dan kirim naskah : bia.arnoldus@gmail.com