Subscribe:

Ads 468x60px

"Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah."

Rabu, 03 Februari 2010

”Biarkanlah Anak-anak itu, …” (Mat 19:14)

Oleh Jufri Kano
Pengantar
Dalam perikop Injil Matius di atas, penulis Injil tersebut mengetengahkan Yesus sebagai tokoh yang sangat dekat dengan anak-anak, menyayangi, dan mencintai anak-anak. Yesus mengenal secara baik dunia anak-anak sebab Dia sendiri pernah mengalaminya. Ia lahir pada suatu waktu tertentu, di suatu tempat tertentu, berintegrasi dalam suatu kebudayaan tertentu yaitu kebudayaan Yahudi Palestina. Bahkan, Yesus sendiri berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga" (Mat 19: 14).
Perkataan Yesus tersebut tentu saja tidak berlebihan dan bukanlah tanpa alasan. Warta universal dari Allah yang dimaklumkan dalam diri Yesus Kristus ditanggapi oleh setiap orang secara berbeda-beda, yaitu menurut cara mereka sendiri. Bagi Yesus, anak-anak telah menunjukkan suatu cara yang tepat dalam menanggapi pewartaan itu. Ia melihat bahwa kepolosan anak-anak dalam menghadapi segala hal, penerimaan mereka terhadap yang datang sebagai datang apa adanya, dan sikap mereka dalam menghadapi sesuatu tanpa praduga rupanya membuat mereka mampu menangkap, memahami, dan menerima warta kabar gembira dari-Nya. Pengakuan inilah yang merupakan salah satu pendorong bagi Yesus untuk membiarkan anak-anak datang pada-Nya. Kalau demikian, maka sudah sepantasnyalah kita membiarkan anak-anak kita untuk dekat dengan Yesus. Akan tetapi, kedekatan itu hanya akan tercipta kalau anak-anak mengenal Yesus. Caranya? Melalui pengajaran secara intensif baik di rumah maupun di sekolah. Di rumah, orang tua hendaknya selalu mengajarkan dan menularkan pengetahuan dan iman Kristiani kepada anak-anak. Di sekolah, anak-anak belajar memperdalam informasi mengenai iman Kristiani yang diterimanya dari orang tua.

Bina Iman Anak: mendekatkan anak-anak pada Yesus
Kelompok Bina Iman Anak (disingkat: BIA) merupakan salah satu wadah yang secara sengaja dibentuk oleh paroki untuk ‘menularkan’ iman Kristiani kepada anak-anak. Model pengajaran yang diterapkan di sini sangat sederhana, yakni melalui permainan, nyanyian, dan cerita Kitab Suci. Dengan cara ini, anak-anak akan mengetahui secara lebih baik siapa sebenarnya yang mereka imani, mendekatkan mereka pada Yesus, serta menjadi bekal bagi mereka agar kelak mereka mampu mempertanggngjawabkan iman yang mereka miliki kepada orang lain. Kalau tidak, maka generasi penerus kita akan dipenuhi oleh orang-orang yang tidak cukup tahu tentang apa yang dianutnya.

Bina Iman Anak Paroki St. Arnoldus, Bekasi: Bagaimana Kabarmu Kini?
Kelompok Bina Iman Anak (BIA) Paroki St. Arnoldus, Bekasi terdiri atas anak-anak usia balita dan usia Sekolah Dasar. Anak-anak tersebut berasal dari keluarga-keluarga Katolik yang menyebar di beberapa wilayah di paroki tersebut. Mereka berkumpul di paroki setiap hari Minggu, tepatnya pukul 08.30-10.00 pagi, dan ditemani oleh beberapa orang kakak pendamping yang selalu setia menemani mereka setiap minggunya. Model pengajaran yang diberikan berupa permainan, nyanyian, dan cerita Kitab Suci. Tujuannya, agar anak-anak dapat dengan mudah menangkap, memahami, dan menerima pengajaran yang diberikan oleh kakak-kakak pendamping.
Akhir-akhir ini, jumlah anak yang hadir setiap pertemuan mengalami pasang surut. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya pergantian ruang belajar bagi anak-anak. Semula mereka belajar di salah satu ruangan di kompleks paroki yang kini sudah dijadikan sebagai ruang sakristi. Rupanya, perubahan seperti itu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa disesuaikan oleh anak-anak. Selain itu, sebagian anak yang lain mengaku tidak tahu letak ruang kelas mereka yang baru. Apakah mereka tidak memperoleh informasi mengenai ruang kelas yang baru tersebut? Padahal informasi mengenai pemindahan ruang kelas tersebut sudah disampaikan sejak lama.
Berdasarkan hasil pengamatan saya (pengamatan saya bisa juga salah), seringkali terjadi bahwa orang tua kurang menyadari arti penting dari keberadaan kelompok Bina Iman Anak atau BIA dalam suatu paroki. Banyak orang tua hanya melihat ‘sebelah mata’ dan cendrung menganggap ruang BIA sebagai tempat untuk menitipkan anak-anak saat mereka (baca: orang tua) mengikuti perayaan Ekaristi. Tujuannya, agar oang tua dapat berdoa dengan khusuk sebab jauh dari gangguan anak-anak. Padahal, keberadaan BIA dalam suatu paroki jauh melampau tujuan sesaat tadi. Keberadaan kelompok BIA bukan sekedar supaya orang tua merasa tidak terganggu saat mengikuti perayaan Ekaristi, tetapi lebih dari itu, kelompok BIA merupakan wadah penyaluran ajaran dan nilai-nilai Kristiani kepada anak-anak. Cara berpikir semacam ini jelas mereduksi daya guna kelas Bina Iman Anak itu sendiri. Kelompok Bina Iman Anak adalah wadah yang disiapkan oleh paroki untuk membentuk anak-anak Katolik yang cerdas, kreatif, dan beriman. Kelas bermain yang diciptakan di dalam Bina Iman Anak dibuat berdasarkan tujuan tersebut. Sekali lagi Bina Iman Anak bukan kelas bermain biasa. Oleh karenanya, marilah kita membangkitkan kembali semangat kita dalam membangun BIA di paroki ini. Salam,…

0 komentar:

Posting Komentar

Biasakan budaya memberikan komentar, saran, atau kritik demi kemajuan bersama.

Kontak dan kirim naskah : bia.arnoldus@gmail.com