Subscribe:

Ads 468x60px

"Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah."

Rabu, 03 Februari 2010

Anak-anak Dalam Liturgi


Liturgi adalah kegiatan bersama untuk kepentingan banyak orang.
Kegiatan ini meliputi seluruh kehidupan, tetapi berpuncak dan
bersumber dalam perayaan.
Berarti dalam perayaan-perayaan liturgis, umat beriman (anak-anak)
bertetmu dengan Tuhan sebagai puncak dan sumber serta pusat kehidupan
manusia.


¤ Sejauh mana anak-anak memahami liturgi sebagai kegiatan bersama ?
Umumnya anak-anak suka berkumpul bersama dengan teman-teman (dalam
perayaan kelompok anak-anak).
Dalam perayaan (Ekaristi) umat, sering anak-anak tidak merasa terlibat
sungguh-sungguh.

¤ Sejauh mana anak-anak memiliki kesadaran akan hadirnya Tritunggal
Maha Kudus dalam perayaan dan mau berkomunikasi dengan Allah secara
pribadi ?

Mungkin "melakukan kegiatan liturgis secara bersama" lebih dirasakan
dan dialami oleh anak-anak.
Ada kesan bahwa anak-anak lebih ingat diri dan kepentingannya, tidak altruistis.
Tetapi sebenarnya ada banyak cerita sukses yang mengungkapkan bahwa
anak-anak bisa memberi contoh sikap altruistis dan sangat sosial. Ini
sikap dasar yang sangat liturgis yang perlu dikembangkan dalam diri
anak-anak.

¤ Hak dan Tantangan Anak Dalam Liturgi.
Anak-anak memiliki hak dalam liturgi, yaitu :
~ Mendapat perhatian,
~ Mendapat ruang-tempat,
~ Mendapat kesempatan.
Tetapi pada kenyataan yang terjadi di lapangan, anak-anak menghadapi
tantangan-tantangan untuk memperoleh hak mereka, diantaranya :
* Imam, pemimpin, dan petugas khusus lain sering mengabaikan
anak-anak, meremehkan anak-anak sebagai anggota Gereja kelas dua,
tidak terampil menarik perhatian anak-anak, memandang anak-anak
sebagai pengganggu/penghalang, bahkan ada juga yang sampai marah dan
mengusir mereka keluar dari tempat perayaan.
* Umat sering acuh terhadap anak-anak dan membiarkan mereka melakukan
apa yang mereka sukai. Bahkan ada juga yang sampai menegur dengan
keras, marah-marah, dan mengusir mereka keluar dari tempat perayaan.
* Umumnya tak ada ruang yang sesuai atau memadai bagi anak-anak,
sehingga menyulitkan mereka untuk melihat dan mengalami apa yang
terjadi dalam perayaan.
Kalau ada tempat, sering disediakan di belakang, di samping gereja
atau jauh dari panti imam.
* Sering tidak disediakan kesempatan bagi anak-anak untuk ambil bagian
aktif dalam perayaan, misalnya bahasa liturgis terlalu tinggi dan
sulit, tata perayaan terlalu rumit, simbol-simbolnya yang tidak mudah
ditangkap atau kurang menarik.
Kalau disediakan kesempatan, sering tidak dimanfaatkan kesempatan itu
dengan baik untuk/oleh anak-anak.

¤ Apa solusinya dalam menghadapi/menghindari tantangan-tantangan itu ?
Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan dalam menghadapi
tantangan-tantangan tadi :
1. Mengerti dan menerima anak-anak apa adanya, kemampuan dan kelemahannya.
2. Pusatkan perhatian pada hal-hal yang positif dalam diri anak-anak
sebagai kelompok dan secara pribadi.
3. Arahkanlah anak-anak sedapat mungkin untuk memusatkan perhatiannya
pada perayaan.
4. Memberi perhatian, sapaan, bimbingan, teguran lebih dengn sikap dan
kehadiran, bukan dengan teriakan emosional.
5. Memberi/menyediakan ruang-tempat yang memadai, agar anak-anak dapat
dengan mudah menyaksikan dan mengalami perayaan.
6. Memberi/menyediakan kesempatan untuk anak-anak dalam perayaan agar
mereka juga aktif mengambil bagian secara bersama atau dalam kelompok.

( Sumber : PPUMA & Bernardus Boli Ujan )

0 komentar:

Posting Komentar

Biasakan budaya memberikan komentar, saran, atau kritik demi kemajuan bersama.

Kontak dan kirim naskah : bia.arnoldus@gmail.com